Kategori

Jumat, 05 April 2013

Perbanyakan Benih


Untuk mengatasi keterbatasan jumlah benih hasil pemuliaan , dibutuhan kegiatan perbanyakan benih (Seed Multipication) atau produksi benih (seed production). Sistem perbanyakan benih dilakukan secara berjenjang dengan mempertahankanidentitas genetis dan kwalitas benih dari varietas yang dihaslkan pemulia tanaman.

Benih hasil produksi ini kemudian  dikelompokkan ke dalam kelas-kelas sesuai dengan tahapan generasi perbanyakan dan tingkat standar mutunya, melalui suatu prosedur yang diatur  dalam sertifikasi benih. Dan system dibagi menjadi 4:
1.Benih Penjenis (breeder Seed/BS) adalah benih yang diproduksi dibawah pengawasan  pemulia tanaman dan atau oleh instansi yang menanganinya. Benih ini sebagai sumber untuk perbanyakan benih dasar. Khusus untuk benih penjenis tidak dilakukan sertifikasi tetapi diberikan label warna putih.
2. Benih Dasar (Foundation seed / FS)adalah keturunan pertama (F1) dari Benih Penjenis Bi diproduksi dan diawasi secara ketat oleh pemulia tanaman sehingga kemurnian varitasnya dapat dipertahankan. Benih dasar diproduksi oleh Balai Benih ( terutama Balai Benih Induk/BBI) dan proses produksinya diawasi dan disertifikasi oleh BPSB. Dan benih dasar diberi label putih.
3. Benih Pokok  (Stock seed/SS)adalah keturunan pertama (F1)dari Benih Dasar atau F2 dari Benih Penjenis .Produksi benih pokok tetap mempertahankan identitas dan kemurnian varitasnnya serta memenuhi standar peraturan perbenihan maupun sertifikasi benih.
4. Benih Sebar xtension seed/ES)adalah  keturunan pertama Benih Pokok, Benih Dasar atau Benih. Produksi benih pokok tetap mempertahankan identitas dan kemurnian varitasnnya serta memenuhi standar peraturan perbenihan maupun sertifikasi benih.

Perbanyakan benih pada umumnya dimulai dari penyediaan benih penjenis (BS) oleh Balai   Penelitian Komoditas, sebagai sumber bagi perbanyakan benih dasar (FS), benih dasar sebagai sumber bagi perbanyakan benih pokok (SS), dan benih pokok sebagai sumber bagi perbanyakan benih sebar (ES). Kesinambungan alur perbanyakan benih tersebut sangat berpengaruh terhadap ketersediaan benih sumber yang sesuai dengan kebutuhan produsen/penangkar benih dan menentukan proses produksi benih


Selain dengan pengkelasan benih, upaya pemenuhan kebutuhan benih bersertifikat juga dilakukan dengan strategi alur perbanyakan benih. Benih dengan indeks penangkaran tinggi menggunakan strategi perbanyakan pola  monogeneration flow (alur perbanyakan tunggal), seperti padi dan jagung. Adapun benih yang memiliki indeks penangkaran rendah menggunakan strategi penangkaran strategi pola penangkaran polygeneration flow (alur perbanyakan ganda) seperti pada kedelai. Pada system alur perbanyakan benih monogeneration flow, tiap kelas benih diperbanyak untuk menghasilkan kelas benih dibawahnya sehingga F3 dari benih penjenis adalah kelas benih sebar. Adapun pada system polygeneration flow, setiap kelas benih dapat diperbanyak untuk menghasilkan kelas benih yang sama dengan maksimal generasi diperbanyak 4 kali. Dengan demikian, F3 dari kelas benih penjenis bukan benih sebar, melainkan benih penjenis ke-3 yang dapat dijadikan sebagai bahan perbanyakan kelas benih penjenis ke-4 atau kelas benih dasar.
Penerapan system alur perbanyakan benih selalu mempertimbangkan aspek volume kebutuhan benih dan indeks penangkaran benih. Oleh kernanya, penerapan alur generasi ganda tidak harus sampai ke generasi ke-4, tetapi dapat hanya sampai generasi ke-3 atau ke-2 bila kebutuhan benih telah tercukupi.
Selain dikenal dua system alur  perbanyakan benih, sebagai strategi perbanyakan transisi pun dikenal pula dalam perbanyakan benih kacang-kacangan. Pada system alur perbanyakan ini, benih diperbanyak secara alur generasi tunggal sampai dengna kelas benih pokok dan selanjutnya benih diperbanyak secara alur ganda untuk menghasilkan kelas benih sebar. Hal ini pun diterapkan dengan pertimbangan kebutuhan benih di lapang sehingga tidak perlu benih F4.







Faktor-faktor yang mempengaruhi mmutu benih
Mutu benih merupakan perpaduan dari karakter genetik dan pengaruh lingkungan. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu benih antara lain factor genetika, factor lingkungan, dan factor status benih ( kondisi fisik dan fisiologis benih)
1.      Factor genetic
Genetic merupakan factor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika benih.



2.      Factor lingkungan
Fakor lingkungan yang berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan kondisi dan perlakuan selama prapanen, pascapanen, maupun pada saat pemasaran benih. Factor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Lokasi produksi dan waktu tanam
Lokasi produksi benih dipilih lahan yang subur, tidak merupakan sumber investasi hama dan penyakit, serta sumber kontaminan terhadap varietas tanaman yang akan diproduksi. Dalam memilih lokasi produksi, senantiasa memperhatikan sejarah lahan dan ondisi pertanaman sekitar lahan.

b.      Teknik budi daya
Semua tindakan dalam teknik budi daya produksi benih akan berpengaruh langsung terhadap mutu benih.

c.       Waktu dan cara panen
Dalam pembentukannya, benih mengalami beberapa stadia, yaitu stadia pembentukan, stadia matang morfologis, stadia perkembangan benih, dan stadia masak fisiologis. Pada stadia masak fisiologis, bobot kering benih mencapai maksimum dan benih telah lepas dar tanaman induknya. Pada saat itu, kada iar benih cukup tinggi sehingga tidak cukup aman terhadap kerusakan mekanik pada saat panen meupun pascapanen. Oleh karenanya, saat panen yang sering dilakukan yaitu beberapa hari setelah masak fisiologis, sampai kadar air benih cukup aman untuk panen dan penanganan pasca panen.

d.      Penimbunan dan penanganan hasil
Ketika dipanen, kadar air benih masih relative tinggi dan masih dalam bentuk caon benih (masih dalam malai, di dalam polong, kelobot, atau struktur pembungkus benih lainnya). Keadaan tersebut membawa konsekuensi pada tingginya proses metabolisme yang terjadi di dalam benih, tingginya tingkat kepekaan benih terhadap benturan dengan alat-alat (mesin) pengolahan pada pascapanen, serta tingginya potensi serangan hama dan penyakit. Oleh karenanya, system penimbunan dan penanganan hasil sangat berpangaruh pada kualitas benih yang akan dihasilkan.

3.      Factor kondisi fisik dan fisiologis benih
Factor ini berkaitan dengan performa benih seperti tingkat kemasakan, tingkat kerusakan mekanis, tingkat keusangan (hubungan antara vigor awal dan lamanya disimpan), tingkat kesehatan,ukuran dan berat jenis, komposisi kimia, struktur, tingkat kadar air, dan dormasi benih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar