Kategori

Senin, 01 Juli 2013

Laporan praktek pengelolaan tanah dan air


No
Prihal
                                                 keterangan
1
Judul
Pengelolaan Tanah dan Air
2
Hari/Tanggal
Rabu/ 10- April - 2013
3
Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan tanah dan air pada tempat yang menjadi lokasi praktek
4
Tempat Praktek
Pusat pembelajaran konservasi alam Sibolangit, Penatapan (bakaran jagung), Taman Lumbini, Gundaling dan Berastagi

5
Metode praktikum
Praktek dilakukan dengan mendatangi langsung pusat pembelajaran konservasi alam Sibolangit, Penatapan (bakaran jagung), Taman Lumbini, Gundaling dan Berastagi. Praktek dilakukan dengan cara:
-          Melihat langsung hutan di konservasi alam sibolangit dan melihat serasa-serasa tanaman yang ada di lantai hutan.
-          Melihat areal tanah dengan lereng yang sangat miring di penatapan (bakaran jagung).
-          Melihat langsung bagaimana cara membuat pupuk kandang yang ada di dekat taman lumbini berastagi.
-          Melihat tempat penampungan air yang berguna sebagai alat panen air yang terletak di dekat taman Lumbini.
-          Melihat sistem penanaman terassering sebagai metode pengawetan tanah secara Vegetatif.
-          Mendengarkan penjelasan secara langsung dari Dosen, selaku pembimbing dalam praktek ini.
6
Tinjauan Teoritis
PENGOLAHAN TANAH DAN AIR
Tanah adalah sumber daya yang perlu dijaga kesuburannya agar tetap dapat menghasilkan hasil yang maksimal tanpa merusak tanah. Pemakaian tanah untuk pertanian dan perkebunan secara terus-menerus dan membabi-buta dapat membuat tanah menjadi tidak subur atau tandus. Beberapa penyebab ketidaksuburan tanah ialah seperti pemcemaran tanah oleh limbah buangan, pestisida, tanaman monoton, dan lain-lain.
Pengawetan tanah adalah usaha pengendalian erosi, melakukan koreksi (pemeliharaan atau perbaikan) tanah-tanah yang mengalami kekurangan unsur hara, yang mengalami penurunan daya produksinya, dengan maksud agar segalanya dapat dipulihkan kembali atau memperoleh peningkatan.
Tujuan pengawetan tanah  adalah untuk :
  Mencegah kerusakan tanah
  Memperbaiki tanah rusak
  Memelihara serta menaikkan produktivitas tanah, agar tercapai produksi setinggi-tingginya dalam waktu tidak terbatas.
Metode pengawetan tanah pada umumnya dilakukan untuk:
1.
Melindungi tanah dari curahan langsung air hujan.
2.
Meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah.
3
Mengurangi run off (aliran air di permukaan tanah).
4
Meningkatkan stabilitas agregat tanah


Secara umum ada tiga cara pendekatan pengendalian erosi yang dapat dilakukan dan satu sama lain harus menunjang, yaitu cara vegetatif, cara mekanis dan cara kimia.
(a)    Cara Vegetasi
Hutan, perkebunan dan pola tanam campuran (pertanian terpadu) perlu dikembangkan sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai pelindung tanah dari daya perusak. Termasuk dalam cara vegetatif dalam usaha konservasi tanah dan air antara lain adalah:
• Rotasi atau pergiliran tanaman.
• Penghijauan dan reboisasi.
• Melaksanakan strip cropping.
• Penanaman dengan rumput makanan ternak (permanent pasture).
• Menutup tanah dengan mulsa.
• Penanaman saluran-saluran pembuangan dengan rumput.
Alley cropping sebagai cara rotasi atau pergiliran tanaman (vegetatif) dinilai mempunyai prospek yang cukup baik, karena sekaligus meningkatkan produksi, murah dan mudah penggunaannya. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan sistem alley cropping ini antara lain:
• Terjadinya sikus bahan organik yang lancar, karena limbah dapat dipergunakan.
• Mengurangi biaya produksi, khususnya biaya pemupukan karena daun lamtoro mengandung nitrogen yang tinggi.
• Terciptanya agroekosistem yang mantap dan tetap terpeliharanya kesuburan tanah.
• Mudah penerapannya sebagai konservasi tanah dan air.

(b)   Cara Mekanis
Cara mekanis dalam pengawetan tanah dan memelihara kesuburan tanah merupakan penerapan teknologi sipil untuk mempertahankan, memulihkan, meningkatkan kesuburan tanah.Pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang dari tanah pertanian terutama lapisan top soil.
Cara-cara mekanis ini meliputi:
• Pengolahan tanah (tillage) yang tepat, yaitu menurut arah contour atau memotong arah kemiringan lereng.
• Pembuatan galengan dan saluran menurut contour.
• Pembuatan waduk, penghambat, rorak, tanggul dan sebagainya.
• Pembuatan terras dan sengkedan.
• Pembuatan drainase pada tempat tertentu.
Bangunan yang dibuat pada umumnya berfungsi memperlambat run off serta menampung dan menyalurkan air permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak. Pengaturan aliran air permukaan yang menjadi penyebab utama kerusakan tanah pertanian sangat efektif diatur denagan terras.

(c)    Cara kimia       
Salah satu usaha untuk mencegah tejadinya pengikisan lapisan top soil adalah memperbaiki struktur tanah.Usaha memantapkan struktur tanah dapat dilakukan dengan penambahan senyawa kimia baik secara buatan maupun alami.Pemberian bahan pemantap tanah (soil conditioner) bertujuan untuk meningkatkan daya ikat antara partikel-partikel tanah sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti aerasi, porositas, dan infiltrasi.
Cara pemberian bahan pemantap tanah ke dalam tanah dapat dilakukan dengan penyemrotan langsung ke atas permukaan tanah, dicampur dengan tanah secara merata dan dengan cara memasukkan langsung ke dalam lubang tanaman.
KOMPOS
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

PANEN AIR
Panen air merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air aliran permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan rendah. Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yakni menggunakan air yang sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan. Pembuatan rorak merupakan contoh tindakan panen air aliran permukaan dan sekaligus juga tindakan konservasi air.
Daerah yang memerlukan panen air adalah daerah yang mempunyai bulan kering (dengan curah hujan < 100 mm per bulan) lebih dari empat bulan berturut-turut dan pada musim hujan curah hujannya sangat tinggi (> 200 mm per bulan). Air yang berlebihan pada musim hujan ditampung (dipanen) untuk digunakan pada musim kemarau.
Penampungan atau 'panen air' bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, sehingga sebagian lahan masih dapat berproduksi pada musim kemarau serta mengurangi risiko erosi pada musim hujan.
TERASSERING
Terasering adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng. Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off) dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan tanah berkurang (Sukartaatmadja 2004).

Terdapat berbagai cara mekanik dalam menahan erosi air dan angin. Cara utama adalah dengan membentuk mulsa tanah dengan cara menyusun campuran dedaunan dan ranting pohon yang berjatuhan di atas tanah; dan membentuk penahan aliran air, misalnya dengan membentuk teras-teras di perbukitan (terasering) dan pertanian berkontur.
Penanaman pada terasering dilakukan dengan membuat teras-teras yang dilakukan untuk mengurangi panjang lereng dan menahan atau memperkecil aliran permukaan agar air dapat meresap ke dalam tanah. Jenis terasering antara lain teras datar, teras kredit, Teras Guludan, dan teras bangku.

Jadi secara garis besar terasering adalah kondisi lereng yang dibuat bertangga tangga yang dapat digunakan pada timbunan atau galian yang tinggi dan berfungsi untuk:
  1.  Menambah stabilitas lereng
  2.  Memudahkan dalam perawatan (Konservasi Lereng)
  3.  Memperpanjang daerah resapan air
  4.  Memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng
  5.  Mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off) 
  6.  Dapat digunakan untuk landscaping

7
Hasil
Tujuan pengawetan tanah  adalah untuk :
Ø  Mencegah kerusakan tanah
Ø  Memperbaiki tanah rusak
Ø  Memelihara serta menaikkan produktivitas tanah, agar tercapai produksi setinggi-tingginya dalam waktu tidak terbatas.
Metode pengawetan tanah pada umumnya dilakukan untuk:
1.
Melindungi tanah dari curahan langsung air hujan.
2.
Meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah.
3
Mengurangi run off (aliran air di permukaan tanah).
4
Meningkatkan stabilitas agregat tanah
8
Kesimpulan
Ada 3 cara untuk mengelola tanah agar tidak terjadi kerusakan:
.      Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah metode pengawetan tanah dengan cara menanam vegetasi (tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan.
Cara Mekanis
Cara mekanis dalam pengawetan tanah dan memelihara kesuburan tanah merupakan penerapan teknologi sipil untuk mempertahankan, memulihkan, meningkatkan kesuburan tanah.Pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang dari tanah pertanian terutama lapisan top soil.
Cara kimia    
Salah satu usaha untuk mencegah tejadinya pengikisan lapisan top soil adalah memperbaiki struktur tanah.Usaha memantapkan struktur tanah dapat dilakukan dengan penambahan senyawa kimia baik secara buatan maupun alami.
9
Daftar pustaka
http://justnangeografi.blogspot.com/2012/04/kata-pengantar-puji-syukur-terhadap.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos

http://piba.tdmrc.org/book/export/html/130

http://tukangbata.blogspot.com/2013/01/pengertian-terasering-fungsi-jenisnya.html

10
Lampiran






 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar